Adakah teman-teman yang pernah mengalami alergi antibiotik? Suami saya pernah lho mengalami gejala alergi antibiotik yang cukup parah. Begini nih ceritanya.
Pengalaman menggunakan antibiotik
Tahun lalu, suami saya sakit flu parah. Awalnya enggan ke dokter, tapi setelah saya paksa akhirnya mau juga. Tapi, suami maunya ke dokter langganan keluarga yang sebetulnya sang dokter bukan dokter, tapi bidan praktek yang biasa mengobati sakit ringan. Saya ragu karena saya sih gak cocok berobat kesana.
Ya sudahlah, saya turuti saja kemauan suami. Setelah pulang dari dokter itu dan makan obat, besoknya kulit kaki dan tangannya Suami muncul ruam berwarna merah. Terus saya tanya di gigit serangga gak? Jawabnya enggak. Atau kaligata kali, jawabnya juga bukan.
Lalu saya oles kayu putih dan bedak tabur. Tapi gak berefek. Si area merah itu malah jadi menghitam dan bengkak. Duh saya panik, terus sama kompres dengan air hangat. Tapi bengkak nya gak kunjung hilang malah meletus dan keluar getah bening. Saya langsung bawa suami ke dokter lain. Betulan dokter ya.
Setelah di lihat si ruam dan getah bening nya, Pak Dokter bilang kalau Suami alergi antibiotik. Sempat bertanya obat apa yang dimakan, saya Perlihatkan obatnya. Lalu Dokter tersebut memberi antibiotik jenis lain dan salep yang di olesi ke area ruam.
Alhamdulillah, gak lama kemudian ruam yang lain kempes dan yang terlanjur meletus menjadi kering. Flu juga berangsur sembuh.
Jadi, setiap berobat saya selalu menceritakan riwayat alergi antibiotik Suami saya yaitu jenis Sulfa dan ciprofloxacin.
Ada cerita lain soal alergi antibiotik ini
.
Pengalaman saya sendiri waktu mau melahirkan Kilan, anak bungsu saya secara sesar. Sebelum operasi, dokter melakukan serangkaian test alergi di area kulit tangan kiri saya. Kalau setelah di suntikan obat saya merasa gatal dan panas itu artinya saya alergi terhadap obat tersebut. Ternyata, saya juga alergi terhadap antibiotik jenis ciprofloxacin.
Lalu ada cerita lain dari tetangga saya, yang anaknya demam lalu diberi obat penurun panas tablet untuk anak. Tapi setelahnya, sang anak malah mengalami bengkak diseluruh wajah, terutama mata dan bibir. Nampaknya sang anak juga alergi tehadap obat jenis aspirin.
Melihat serangkaian cerita diatas, maka sudah selayaknya ya kita waspada terhadap penggunaan antibiotik. Terutama bagi anda yang memang memiliki riwayat alergi antibiotik.
Lantas, yang menjadi pertanyaan adalah memang nya antibiotik itu berbahaya ya ? jika digunakan untuk suatu kondisi yang tepat tentu tidak berbahaya, tetapi jika mengkonsumsi antibiotik mengakibatkan alergi hingga gejala nya parah, maka jika dibiarkan terdapat kemungkinan pasien akan mengalami kondisi yang lebih parah.
Sebelum lanjut, saya memaparkan penjelasan dibawah berdasarkan hasil pengalaman dan rangkuman informasi yang saya peroleh dari portal web kesehatan.
Antibiotik, apa sih itu?
Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi. Pada umumnya, antibiotik digunakan hanya melawan infeksi bakteri namun tidak dapat bekerja melawan infeksi virus, seperti flu, pilek, sakit tenggorokan, gondok, bronkhitis.
Jenis - jenis Antibiotik
Mengutip dari amazine.co berikut jenis - jenis antibiotik berdasarkan struktur kimia nya, yaitu :
1. Penisilin (Penicillins)
- Amoxicillin
- Ampicillin
- Oxacillin
- Penicillin G
2. Sefalosporin (Cephalosporins)
Seperti halnya penisilin, Sefalosporin juga bekerja dengan mengganggu pembentukan dinding sel bakteri selama reproduksi . Bedanya, penggunaan antibiotik jenis ini digunakan jika, penisilin tidak mampu infeksi bakteri lebih lanjut. Dalam beberapa kasus, jika sesorang alergi terhadap penisilin maka dia juga akan alergi terhadap sefalosporin. Jenis-jenis sefalosporin meliputi :
- Cefadroxil
- Cefuroxime
- Cefixime
- Cefotaxim
- Cefotiam
- Cefepime
- Ceftarolin
3. Aminoglikosida (Aminoglycosides)
Antibiotik jenis ini bekerja dengan menghambat pembentukan protein bakteri. Antibiotik jenis ini biasanya digunakan untuk mengobati tifus dan pneumonia. Jenis - jenis Aminoglikosida meliputi :
- Amikacin
- Kanamycin
- Neomycin
- Paramomycin
- Tobramycin
4. Makrolid (Macrolides)
- Azithromycin
- Clarithromycin
- Erythromycin
- Fidaxomicin
- Roxithromycin
- Spiramycin
5. Sulfonamida (Sulfonamides)
- Sulfamethoxazole
- Sulfisoxazole
6. Fluoroquinolones
Antibiotik jenis Fluoroquinolones adalah satu-satunya antibiotik yang secara langsung menghentikan sintesis DNA bakteri. Karena Fluoroquinolones dapat diserap dengan sangat baik oleh tubuh, maka fluoroquinolones dapat diberikan secara oral. Antibiotik ini relatif aman digunakan dan biasa digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih dan saluran pernapasan. Yang termasuk jenis ini adalah :
- Ofloxacin
- Ciprofloxacin
- Levofloxacin
- Moxifloxacin
- Nalidixic Acid
- Norfloxacin
- Sparfloxacin
- Gatifloxacin
7. Tetrasiklin (Tetracyclines)
Tetrasiklin adalah jenis antibiotik yang memiliki spektrum luas yang digunakan untuk mengobati berbagai infeksi seperti infeksi telinga tengah, saluran pernafasan dan saluran kemih. Namun, bagi pasien yang memiliki masalah hati harus sesuai dengan petunjuk dari dokter. Yang termasuk jenis ini adalah :
- Tetracycline HCl
- Oxytetracycline
- Doxycyline
- Minocycline
- Tigecycline
8. Polipeptida (Polypeptides)
Polipeptida adalah antibiotik yang biasa digunakan untuk mengobati infeksi pada kulit akibat bakteri. Yang termasuk jenis ini adalah :
- Bacitracin
- Colistin
- Polymyxin B
Gejala alergi antibiotik
a. Gejala alergi antibiotik ringan
- Kulit melepuh dan mengelupas
- Diare
- Mual dan muntah
- Gangguan penglihatan
- Pembengkakan yang lebih parah di bagian tubuh tertentu, seperti bibir dan kelopak mata dan disertai rasa gatal
b. Gejala alergi antibiotik berat
- Lemas
- Kesemutan
- Sesak napas
- Peningkatan detak jantung atau dada berdebar
- Penurunan kesadaran atau pingsan
Terdapat suatu kasus yang cukup berat dari gejala anafilaksis yaitu hingga kehilangan nyawa dimana kondisi ini disebut juga kondisi sindrom Stevens-Johnson.
Apakah Alergi antibiotik bisa menurun dari orangtua ke anak?
Jawabannya adalah IYA, tetapi hanya 20% saja.
Anak yang memiliki orangtua yang alergi terhadap antibiotik memiliki peluang 20% juga memiliki alergi yang sama. Tapi tidak selalu demikian. Mengapa?
Karena, menurut dr. Aditya, dr Arifianto, SpA, dalam alergi tidak berlaku adanya kepastian hubungan genetik atau keturunan dan semua orang punya kemungkinan untuk alergi terhadap satu jenis obat karena alergi itu sifatnya sporadis.
Kesimpulannya, tidak ada kepastian alergi terhadap antibiotik akan diturunkan dari orangtua ke anaknya. Tetapi kemungkinan itu akan selalu ada sebanyak 20%.
Seperti kasus Suami saya yang alergi terhadap salah satu jenis antibiotik, ternyata setelah di analisa ternyata Ayah mertua saya juga memiliki alergi yang sama bahkan dengan jenis antibiotik yang sama. Tetapi, Alergi ini hanya diturunkan pada Suami saya. Sementara kakak ipar saya ( saya punya dua kakak ipar ) dan adik ipar tidak memiliki alergi antibiotik sama sekali.
Apa yang harus dilakukan?
Berdasarkan pengalaman saya, satu-satunya cara apakah kita memiliki alergi terhadap antibiotik adalah dengan mengkonsumsi antibiotik itu sendiri. Jika setelah mengkonsumsi obat jenis antibiotik mengalami gejala seperti diatas, jangan ditunda lagi ayo segera lekas menghubungi dokter dan segera mendapat pengobatan lebih lanjut. Karena jika dibiarkan akan mengalami gejala yang lebih.
selanjutnya, Catat atau simpan di google keep/note jenis obat apa saja yang setelah kita mengkonsumsi nya mengalami gejala alergi seperti yang saya sebutkan diatas. Jangan lupa untuk memberitahu dokter jika teman-teman memiliki riwayat alergi terhadap antibiotik.
Begitulah cerita pengalaman saya dan sedikit pemaparan mengenai antibiotik. Semoga bermanfaat ya terutama bagi teman-teman yang juga memiliki alergi terhadap salah satu atau bahkan dua jenis antibiotik.
Cara terbaik untuk menghindari penggunaan antibiotik adalah dengan menjaga kesehatan dan kewarasan, mengapa? karena stress sangat mempengaruhi kesehatan lho, terutama proses peredaran darah dan fungsi kerja dari organ lainnya. Jadi, jangan lupa untuk selalu tersenyum, berbahagia, bersyukur dan nonton drakor ya, hehehe
Cara terbaik untuk menghindari penggunaan antibiotik adalah dengan menjaga kesehatan dan kewarasan, mengapa? karena stress sangat mempengaruhi kesehatan lho, terutama proses peredaran darah dan fungsi kerja dari organ lainnya. Jadi, jangan lupa untuk selalu tersenyum, berbahagia, bersyukur dan nonton drakor ya, hehehe
sumber referensi :
https://www.suarasurabaya.net
https://www.alodokter.com/
https://health.detik.com/
https://www.halodoc.com/https://www.sehatq.com/
https://www.suarasurabaya.net
https://www.alodokter.com/
https://health.detik.com/
https://www.halodoc.com/https://www.sehatq.com/
Tulisan ini diikutsertakan dalam Tema Minggu : Alergi di Komunitas 1 Minggu 1 Cerita