Dealing with Toxic Person

1 komentar



dealing with toxic person


Ternyata, tidak mudah dealing with Toxic person. Bukan cuman diri jadi ngerasa bad mood tapi juga susah banget  ngelepas energi negatif setelah bertemu toxic person apalagi ketemunya gak cuman sebentar dan pake acara nginep. Rasa lelah dan rasa sedih bergelayut mencengkram mood gue berhari-hari hingga sulit berkutik. Dalam hati gue nyesel udah ketemu dia terus ketemuannya lama gitu. 
Tadinya gue pikir gue udah maklum dan cuek aja, gue yakin bakal fine - fine aja karena gue udah tahu dia orangnya kayak gimana. Tapi nyatanya gak. Mungkin karena gue dalam kondisi exhausted sama keseharian gue sebagai ibu - ibu ditambah gue sakit bapil seminggu lebih dan gak sembuh - sembuh. Jadi gue mudah banget terkontaminasi setelah ketemu toxic person ini. 

Sulit memang dealing with Toxic person dan mengendalikan emosi untuk gak terpengaruh. Apa yang sudah dimaklumi menguap gitu aja dan dengan terpaksa gue pura - pura okay dihadapannya. Tetapi ketika pulang dan kembali ke peraduan, gue menangis sejadi jadinya.

Gue pun enggan ketemu lagi sama dia tapi, apakah tali silaturahmi harus putus karena hal ini? Lantas mana yang lebih penting, kesehatan mental kita atau menyambung tali silaturahmi? Entahlah. Yang jelas pelepasan energi negatif yang gue hadapi kali ini belum juga luruh dan usai.

Bahkan gue melakukan hal yang belum pernah dilakukan, which is mendengar lagu "almost home" milik MXMTOON berulang kali seharian hingga berangkat tidur sambil menulis tulisan ini. What's wrong with me? Somehow this song take me to my childhood and remember myself as child.

Gue menyadari satu hal kalau orang tidak pernah berubah, sama sekali dan gue kecewa dengan hal ini. Kecuali entah bagaimana orang tersebut bisa sadar diri dan mau berubah. Sayangnya kebanyakan toxic person tidak menyadari kalau dia sudah menjadi toxic person bagi orang lain.

Gue tahu kalo mostly orang jadi toksik itu karena pernah dikhianati, kehilangan, mati rasa dan atau sudah melewati masa lalu yang terlalu buruk serta kelam dan membawa trauma. Tapi sorry to say, i'm not in position to understand people mode on. 

Kadang gue heran, kok dia sebagai orag udah dewasa gak pernah berubah sih dan gak nyadar kalo dirinya udah jadi toksik bukan hanya buat dirinya sendiri tapi juga orang terdekat dia. Gak habis pikir aja. Tapi ini jadi reminder juga sih buat gue, kalo dulu gue juga pernah jadi toksik buat diri sendiri yang untungnya gak jadi toksik buat orang terdekat gue. Really? Yess gue bisa pastiin itu karena gue jarang banget berdebat sampai bertengkar sama orang terdekat gue. 

Kecuali yaaa kasus yang tahun kapan itu yang emang itu karena missunderstading yang ternyata emang jalan pikiran kita gak sejalan dan gak cocok  jadi tim. Dan ini bukan karena gue atau dia toksik. Beda kasus  

Emang susah sih keluar dari lingkaran setan trauma dengan segala validasi emosi dan aksi atas nama trauma. Ujungnya diri selalu ngerasa jadi pusat segala nya dan yang paling sufferingKalau bukan karena gue lelah sama diri sendiri yang kayak gini - gini aja dan ngerasa DARK terbebani dengan emosi negatif ya gue gak bakalan keluar dari trauma dan bakalan terus jadi orang yang toksik. 

Untuk saat ini gue belum punya solusi, hanya punya rasa yang ingin dibagi agar energi negatif perlahan luluh dan terurai. Menulis! Ya bisa mengurai benang kusut mood, emosi dan overthinking karena bersentuhan dengan toxic person. Inginnya gue cerita siapa toxic person yang gue maksud but it's just makes my day getting worse. So i keep silent and try to let it go as time pass by.

Gue gak bisa berharap banyak lagi sama si toxic person ini, gue cuman bisa feeling sorry untuk dia dan berharap yang terbaik untuk hidupnya serta di menemukan kebahagiaan. Maybe gue gak mau ketemu dulu sama si toxic person untuk waktu yang cukup lama. Maybe i'll say hi sometimes on WhatsApp and ask kondisi dia dan bla bla biar silaturahmi gak jadi putus but that's it. This is my Boundaries.
Eka FL
Mom bloger yang hobi menggambar dan bikin kue kering. Pecinta kucing dan tanaman, suka banget mie ramen dan bakso yang ngakunya post rocker tapi playlist KPop semua.

Related Posts

1 komentar

  1. Setuju banget, beri boundaries (batasan) yang jelas. Gapapa kak kalau harus "mengubur" toxic people, supaya gak "bau" 😁

    BalasHapus

Posting Komentar