6 Cara Mengatasi Rasa Takut Menunjukan Kreativitas

Posting Komentar
Cara Mengatasi Rasa Takut Menunjukan Kreativitas


Rasa takut emang bikin kita sulit melangkah dan berkembang. Inginnya udah deh biarin aja, tapi apa iya kita mau terus-terusan jadi "budak" rasa takut? Atau mau terus berada di zona nyaman? Iya sih kamu stay juga toh dunia masih berputar, dan Bernada juga bilang gitu. Bedanya dia gak milih menyerah.

Untungnya, bumi masih berputar
Untungnya, ku tak pilih menyerah
Untungnya, ku bisa rasa
Hal-hal baik yang datangnya belakangan

Benar banget apa yang dibilang Bernadya. Pada dasarnya, ketika kita memilih untuk nggak nyerah, hal itu akan bawa kita ke hal-hal baik yang nunggu di depan. Rasa takut itu wajar, tapi bukan berarti kita harus berhenti melangkah.

Mau coba menghilangkan rasa takut mengeluarkan ide kreatif atau menunjukan kreativitas? Yuk baca gimana cara mengatasinya di artikel artjoka - blog gaya hidup kreatif berikut ini.


Penyebab Munculnya Rasa Takut Menunjukan Kreativitas 


Rasa takut untuk jadi kreatif itu ternyata nggak muncul begitu saja. Di balik keraguan kita untuk ngeluarin ide, ada banyak hal yang secara nggak sadar membentuk pola pikir kita sejak lama.

Pertanyaannya, kenapa sih rasa takut untuk kreatif bisa muncul begitu kuat? Kenapa kita bisa sampai segalau itu cuma buat ngeluarin satu ide? Nah, untuk bisa menghadapi rasa takut ini, kita perlu paham dulu akar masalahnya.

Rasa takut biasanya nggak datang sendirian ada banyak hal di balik layar yang membentuknya. Bisa dari pengalaman masa kecil, lingkungan yang terlalu menuntut, sampai standar sosial yang bikin kita merasa ide kita "nggak layak". Yuk, kita kupas satu per satu faktor yang sering bikin kita ragu untuk tampil kreatif.

Berikut alasan dan faktor pembentuk kenapa kita takut mengeluarkan ide kreatif, yaitu :

  1. Kreativitas Selalu Mengandung Ketidakpastian 
  2. Pengalaman Negatif di Masa Lalu yang Menjadi Trauma yang Tidak Disadari
  3. Kreativitas Dianggap Mengganggu Status Quo 
  4. Lingkungan yang Terlalu Fokus pada Hasil
  5. Budaya yang Menuntut Keseragaman

Dari berbagai faktor di atas, terlihat jelas bahwa rasa takut untuk berkreasi bukanlah sesuatu yang muncul tiba-tiba, melainkan hasil dari proses panjang yang dibentuk oleh pengalaman, lingkungan, dan budaya.

Ketidakpastian, trauma masa lalu, tekanan sosial, hingga standar kesempurnaan yang tinggi membuat kita cenderung menahan ide-ide kreatif yang sebenarnya potensial. Lantas, gimana cara mengatasi rasa takut mengeluarkan ide kreatif? Yuk baca selanjutnya.

mengapa kita takut menunjukan kreativitas
Alasan dan faktor penyebab, mengapa kita takut menunjukan kreativitas



Cara Mengatasi Rasa Takut  Menunjukan Kreativitas 


Untuk mengatasi rasa takut mengeluarkan ide kreatif dan berkreasi, kamu bisa mulai dari menyelesaikan penyebab utama yang mendasari rasa takut itu muncul, yaitu trauma akibat kritik atau penolakan ide.

Setelah itu kamu bisa mulai melangkah ke melakukan hal yang sederhana untuk membangkitkan rasa percaya diri ketika mengeluarkan ide kreatif dan mulai mewujudkannya. Secara singkat, berikut langkah cara mengatasi rasa takut berkreasi, yaitu :
  • Menyelesaikan Trauma Akibat Kritik atau Penolakan Ide
  • Menghilangkan Rasa Cemas dan Kurangi Perfeksionis
  • Melihat Kreativitas sebagai Proses, bukan Hasil Instan
  • Mengubah Cara Pandang Soal Gagal
  • Mulai dari langkah kecil yang konsisten
  • Cari Lingkungan atau Komunitas yang Mendukung

Menghadapi rasa takut dalam berkreasi memang nggak mudah, tapi bukan berarti nggak mungkin. Setelah memahami penyebab utamanya, langkah selanjutnya adalah mulai fokus pada proses penyembuhan dan pembangunan kepercayaan diri.

Perlu pendekatan yang bertahap dan realistis agar kita bisa kembali nyaman mengekspresikan ide tanpa dihantui rasa takut berlebihan. Untuk itu, ada beberapa cara di atas bisa dilakukan agar perlahan-lahan kita lebih berani berkreasi dan percaya pada kemampuan diri sendiri. Berikut penjelasan langkah - langkah solutif yang bisa kamu coba untuk mengatasi rasa takut dalam berkreasi.

Tips cara mengatasi rasa takut menunjukan kreativitas
Tips cara mengatasi rasa takut menunjukan kreativitas


1. Selesaikan Trauma Akibat Dikritik atau Penolakan Ide


Iya sih, yang namanya karya yang dibikin sebagus mungkin (menurut kita) malah dikatain jelek atau ditolak tuh ngenesnya minta ampun. Tapi my dear, pahamilah bahwa penilaian bagus atau indah terhadap suatu karya itu sifatnya subjektif.

Maksudnya?

Gampangnya, penilaian bagus atau indah itu layaknya selera makan. Kamu suka sate, tapi dia suka bakso. Pas kamu tawarin sate, dia bilang nggak enak. Apa berarti sate yang kamu makan beneran nggak enak? Ya nggak dong, pendapatnya hanya karena dia lebih suka bakso aja.

Sama halnya dengan karya. Tiap orang punya preferensi, selera, pengalaman, dan latar belakang yang beda-beda. Apalagi soal ide kreatif, makin unik makin beda-beda penilaiannya.

Jadi, begitu ada yang bilang karya kamu 'jelek', itu bukan berarti karya kamu emang se-jelek itu, cuman beda selera aja. Sayangnya, memang di utarakan dengan penggunaan kosa kata yang memicu rasa kesal dan bikin malesin (jika menggunakan kata jelek).

Tapi kalau ide atau karya kamu ditolak dengan alasan, “ Masih kurang” atau “kurang bagus”, itu juga bukan berarti karya kamu gak sebagus itu. Lagi-lagi soal selera atau memang karya kamu belum fit-in dengan konsep tim yang dimaksud.

Permasalahan ini sebetulnya terletak pada satu hal, yaitu penerimaan diri terhadap kritikan. jadi nyambung kemana-mana ya?

Ofkors, karena bagaimanapun juga, mau maju dan berkembang gimana kalau dikritik aja enggan,. Masih sulit menerima kritikan atau saran orang lain? Kalau gitu yuk coba untuk mengubah cara pandang dengan berpikir kalau,

“Kritikan tuh bukan serangan, melainkan kesempatan untuk upgrade diri.”

Jadi, intinya adalah, pahami bahwa penilaian orang lain terhadap karya kamu itu sifatnya subjektif dan kritikan yang menusuk atau bahkan penolakan bukan berarti karya kamu buruk, melainkan bisa jadi ada ketidakcocokan selera atau konsep.

Pada akhirnya, masalah utama bukan terletak pada kritikan itu sendiri, melainkan pada bagaimana kita menerima dan mengolahnya. Anggap saja kritikan itu sebagai kesempatan untuk berkembang, bukan serangan yang menjatuhkan.

Quote tentang kritikan
Quote tentang mengubah sudut pandang terkait kritikan


2. Hilangkan Rasa Cemas dan Kurangi Perfeksionis


Trust me, jadi perfeksionis itu gak enak banget. Stress sendiri karena tiap ide, auto chek and ricek berulang kali dan meyakinkan diri kalau ini sudah oke. Bahkan ketika ide itu hendak dilempar, masih tetap ragu dan gak yakin karena merasa masih ada yang kurang.

My Dear, jangan terlalu khawatir tentang kesempurnaan. Yang terpenting adalah kamu berani memulai, dan dari situ, ide itu bisa terus berkembang dan menjadi lebih baik, bukan kesempurnaan.

Semua ide besar berawal dari hal yang sederhana, bahkan terlihat berantakan. Jangan takut kalau ide atau karya kamu di awal terasa 'jelek' atau belum sempurna.

Anggap saja itu sebagai draft pertama, fondasi awal yang akan kamu poles dan perbaiki seiring berjalannya waktu. Dengan begitu, kamu tidak akan terbebani oleh ekspektasi yang tinggi dan bisa lebih menikmati setiap tahapan dalam proses kreatif kamu.

Quote tentang perfeksionis
Quote tentang perfeksionis


3. Lihat Kreativitas sebagai Proses, Bukan Hasil Instan


Sama seperti menanam benih, sebuah ide juga butuh proses untuk berkembang. Ada fase dimana ide masih "mentah", lalu perlu disiram dengan riset, dikasih pupuk dari diskusi, dan dipangkas dari masukan orang lain. Jangan berharap ide langsung sempurna begitu keluar dari kepala kamu.

Memang, ide itu jarang sekali datang dalam wujud yang sudah matang dan sempurna. Sebuah ide kadang muncul dari hasil eksplorasi, percobaan, bahkan kegagalan yang berulang. Proses ini menuntut kita untuk terus bereksperimen, mengubah, dan memperbaiki ide.

Sebuah karya bisa melewati banyak versi sebelum akhirnya menjadi bentuk yang final. Jadi, hargai setiap tahapan yang kamu lalui karena di situlah esensi dari kreativitas itu berada, yaitu di perjalanan dari sebuah ide awal hingga menjadi kenyataan.


4. Ubah Cara Pandang Soal Gagal


Gagal setelah berkali-kali mencoba, memang melelehkan dan bikin kita enggan mencoba lagi. Ok, that’s fine, kamu boleh kok istirahat sejenak. Tapi bukan istirahat yang lantas rebahan dan mageran and then gak ngapa-ngapain, end of story. Gak gitu juga.

Tapi istirahat untuk maju dua langkah hingga berlari ribuan langkah. Bosen sih ya kalau saya analogikan dengan kisah Alva Edison yang baru bisa berhasil bikin lampu pijar setelah 1000 eksperimen bikin bola lampu yang gagal, tapi itu analogi yang pas.

Bahkan Ju-Garam, pelatih tim rugby di drakor Winning Try juga bilang gini ke tim-nya waktu kalah melawan tim lawan di eps.4,

"Kalian harus belajar kalah. Belajar kalah tanpa menyerah!"

Disini dengan jelas, tim-nya merengek karena mereka biasa kalah. Jadi kekalahan yang mereka rasakan, yaaaa sudah biasa. Tapi beda rasanya ketika kekalahan itu mereka rasakan setelah berusaha sekuat tenaga, justru malah membangkitkan semangat untuk bisa menang di pertandingan selanjutnya!

Kutipan Ju-Garam emang punya makna mendalam bahwa kekalahan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan bagian dari proses untuk menjadi lebih baik.

Jadi, biarlah kamu gagal berkali-kali hingga akhirnya kamu bisa menemukan kesuksesan.

quote drakor the winning try
Quote drakor The Winning Try tentang kegagalan

5. Mulai dari langkah kecil yang konsisten


Kalau lagi semangat setelah ke-idean, pengennya emang ngebut kek mobil F1 sih ya langsung bikin proyek besar. Tapi setelah itu? Biasanya sih melempem, iya kan? Wkwkwk.

Daripada semangat di awal terus melehoy di akhir, mending mulai dari hal kecil yang mudah dilakukan tiap hari.

Beberapa langkah kecil berikut bisa kamu coba untuk membiasakan diri mengeluarkan ide tanpa terbebani rasa takut, yaitu :

  • Tuliskan ide kamu di jurnal pribadi agar ide - ide yang kamu miliki terasa nyata dan berani diutarakan, meskipun hanya kepada diri sendiri.
  • Minta pendapat orang terpercaya yang kamu tahu tidak akan memberikan komentar negatif dan kalaupun mengeluarkan komentar negatif, kamu bisa berada dalam zona aman menerima kritikan dan kamu bisa belajar menerima kritikan diawali dari orang yang kamu percayai.
  • Gunakan platform anonim agar kamu bisa mendapat masukan dari berbagai sudut pandang tanpa harus khawatir dicap "jelek".
  • Berani bicara saat diskusi kecil saat sedang mengobrol dengan teman, coba berani utarakan ide-ide kecil yang muncul. Mungkin sekadar ide tentang tempat makan atau rencana liburan. Ini akan melatih kamu untuk percaya diri saat mengeluarkan ide dalam lingkup yang kecil.

6. Cari Lingkungan atau Komunitas yang Mendukung


Langkah ini sih yang paling cukup membantu kita belajar menerima saran, kritikan dan berani berpendapat. Mengapa? Karena lingkungan atau komunitas yang kamu ikuti, biasanya adalah komunitas yang emang kamu into it kan? Bisa jadi komunitas pecinta hewan, memasak, menggambar, fotografi atau kegiatan apapun yang emang kamu sukai.

Biasanya, ketika berkomunikasi dengan sesama pejuang atau mereka yang punya kesamaan, kita punya kerelaan tersendiri untuk memberi ide unik yang bahkan siap dikritik dan ditolak ketika ide itu kita lemparkan.

Kita rela-rela aja di kritik atau ditolak karena yang penting, kegiatan yang kita sama-sama sukai bisa berjalan. Walaupun di tolak, ya berarti emang gak cocok dengan konsep atau gak sesuai aja kan?

Nah pola pikir ini bisa kamu “pindahkan” atau “transfer” ke dunia lain yang kamu jalani, seperti sekolah, kampus atau tempat kerja.

Langkah - langkah kecil ini bisa memberi dampak besar loh seperti membangkitkan rasa percaya diri. Bahkan, seiring waktu, keberanian untuk berkreasi akan tumbuh, dan rasa takut perlahan berkurang.


Kesimpulan Reflektif



Sebuah artikel unik ditulis oleh Akhlis pada tanggal 05 Juli, 2022, yang membahas soal kenyataan bahwa kebanyakan masyarakat kita begitu terkagum-kagum dengan inovasi yang dilakukan oleh negara lain. Tapi begitu rencana inovatif diluncurkan ke masyarakat kita, olok-olok, sindiran, dan komentar-komentar bernada pesimisme lah yang menjadi respon utama. Ironis bukan?

Secara science, hal ini bisa dijelaskan. Sebuah studi dipublikasikan oleh Cornell University, AS (cornell.edu) yang menyatakan bahwa,

Kenyataannya, memang manusia memuja kreativitas tetapi begitu ide-ide kreatif disajikan di depan mereka, kebanyakan manusia secara naluriah justru menolak dan enggan menerimanya.

Akhlis menambahkan bahwa pada dasarnya manusia cenderung mengabaikan ide kreatif. Soalnya, banyak orang merasa ide-ide konvensional yang sudah ada itu lebih praktis dan terbukti efektif, jadi nggak merasa perlu mencari alternatif baru.

Menurut Akhhlis, Ide baru sebenarnya bisa saja jadi solusi dari masalah yang muncul di ide lama. Tapi di sisi lain, manusia juga sering khawatir kalau ide baru justru menimbulkan masalah baru yang belum mereka pahami. Di sinilah ketidakpastian jadi faktor penting yang memengaruhi bagaimana seseorang merespons ide kreatif.

Bahkan ketika sudah ada bukti nyata soal manfaat dari ide kreatif, banyak orang tetap enggan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini bisa terjadi karena adanya bias anti-kreativitas yang kadang nggak disadari. Seseorang bisa saja menilai sebuah ide sebagai “nggak kreatif” hanya karena idenya terasa asing, nggak cocok sama selera, atau bertentangan dengan idealisme pribadi mereka.

Karena itulah, penting untuk sadar bahwa tantangan terbesar bukan cuma menciptakan ide kreatif sebanyak mungkin di lingkungan kerja, organisasi, atau komunitas, tapi juga memikirkan cara agar masyarakat bisa menerima ide-ide tersebut dengan lebih terbuka. Soalnya, sebaik apapun sebuah ide, tetap nggak akan berdampak kalau akhirnya ditolak dan nggak pernah diadopsi secara nyata.

Pembahasan diatas ditujukan  untuk kepentingan publik, hal yang sama juga berlaku untuk personal, itu artinya diri kita sendiri.

Sama seperti kebanyakan masyarakat umum yang memuja kreativitas tapi enggan menerima ketika ide itu mencuat, kita pun mengalami rasa takut yang sama dengan kebanyakan masyarakat yaitu kebiasaan, zona nyaman dan takut ketidakpastian, dan ditambah ada rasa takut gagal atau ditolak serta dikritik.

Jika narasi diatas memberikan solusi dengan : membuat masyarakat awam bisa menerima ide-ide kreatif dengan lebih mulus, tanpa penolakan atau resistensi, maka yang perlu kita lakukan adalah selesaikan akar permasalahan yang membuat kita takut untuk kreatif.

Entah takut ditolak, dikritik hingga pernah dikatain ide kita jelek atau kurang bagus, apapun penyebabnya, harus diselesaikan!

Dengan demikian, kita tidak hanya bisa memiliki kreativitas kembali dan tidak takut membuat karya atau mengeluarkan ide unik dn dilempar ke tim atau teman, tapi juga kita siap berkembang menjadi pribadi baru, yaitu pribadi yang siap dikritik dan menerima saran.

Tapi, ya tentu saja, keputusan menerima kritikan dan saran itu ada ditangan kita. Apakah menjadi peluru semangat dan upgrade diri, atau bikin kita memilih mundur alon-alon? Berubah dari yang tadinya ekstrovert jadi ambivert?

Pada akhirnya, perjalanan untuk kembali berani untuk kreatif dan mengeluarkan ide bukan hanya soal mengatasi ketakutan akan kritik atau penolakan. Lebih dari itu, ini adalah tentang memilih untuk berkembang.

Sudah siap untuk menjadi kreatif  atau menjalani gaya hidup kreatif  dan gak takut ngeluarin ide unik? Siap donk!


Referensi :
https://www.froyonion.com/news/esensi/mengapa-semua-orang-memuja-kreativitas-tapi-menolak-ide-kreatifhttps://www.scientificamerican.com/blog/literally-psyched/why-are-we-so-afraid-of-creativity/
Eka FL
Blogger Gaya Hidup Kreatif - Creative lifestyle blogger

Related Posts

Posting Komentar